Ajang penghargaan yang diberikan pada mereka yang bergelut di dunia kepenyiaran radio belum bergema seperti award lain. Padahal even yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara telah berlangsung tiga kali dan tahun ini digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.Menurut Farhan, acara pemberian penghargaan kepada penyiar radio memang terdengar kurang greget dibandingkan dengan ajang lain. Karena radio masih dianggap di lapis ke sekian.
"Wajar kalau acara ini kurang greget. Padahal sebenarnya jika para pelaku radio menyadari strategi yang tepat maka akan bangkit lagi. Jadi sebagai sebuah peremajaan kembali. Radio perlu diremajakan karena sudah banyak yang tua termasuk gue. Sudah ketuaan nih gue,” ujarnya lalu tertawa.
Dia menambahkan, walau masih kurang mendapat apresiasi dari masyarakat namun ajang ini sendiri dapat menjadi masukan bagi pekerja radio, khususnya guna meningkatkan level apresiasi pada industri radio.
“Ajang seperti ini memang buat saya sebagai bentuk peningkatan level apresiasi terhadap industri itu sendiri dan harus sama pelakunya sendiri bukan orang lain. Karena kalau orang lain maka kita tanya motivasi. Sementara kalau sendiri ya menghargai diri sendiri, semuanya akan memahami kita,” jelasnya lagi.
Lalu bagaimana dengan anggapan radio ditinggalkan masyarakat? “Saya melihat tak begitu, mungkin tak semasiv dulu ya, karena music-musik favorit masih diputar walau sederat alat gadget seperti ipod, mp3 dan lain-lain. Namun nilainya akan beda jika music kesenangan kita akan diputar, itu lain dan ada emosional. Nah emosional itu nggak pernah bakal hilang. Selama masa itu ada, maka radio juga akan siaran,” urai penyiar Delta FM ini. (kpl/dis/dar)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar